Surat Dari Anak Pintar
Seorang ayah mendapati kamarnya sudah rapi, dengan selembar amplop di atas kasur bertuliskan 'Untuk ayah'. Perlahan amplop itu mulai dibuka...
Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. Ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto-tato dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor buntutnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua, aku pikir jaman sekarang 46 tahun tidaklah terlalu tua. Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkan bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy dan heroin yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh.
Aku tahu dia juga punya cewek lain, tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah berumur 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
Masih dengan perasaan kaget, terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah berteriak sekeras-kerasnya memanggil isterinya
"Mammmm ! Cepat kemari..., dan lihat surat yang ditinggalkan oleh anak kita !"
Sang ibu bergegas datang dan membaca surat tersebut dengan gemetaran dan mulai menangis dan tidak percaya.
Kemudian sang ayah memeluk isterinya dan berkata, "Masih ada surat kedua yang yang belum kita baca."
Keduanya dengan tangan yang sangat berat membuka surat tersebut dan membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu..
Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar,
aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan dari pada nilai raportku yang buruk.
Kalau ayah sudah menandatangani raportku di atas meja, panggil aku ya, Aku tidak ke mana-mana, saat ini aku ada di tetangga sebelah.
* * * * *
Pesan :
Kita kadang-kadang meletakkan harapan yang tinggi atas nilai raport sekolah anak ( bahkan menuntut mendapatkan juara 1,2 atau 3 ), sehingga anak tersebut selalu ditekan untuk mencapainya ( masa anak-anak menjadi hilang) Apakah sewaktu kita sendiri sekolah selalu juara ? Kadang-kadang kita selalu berorientasi kepada NILAI raport untuk menunjukkan kepintaran seorang anak dan kepuasan untuk diri sendiri ( ego suka pamer ). Dan selalu anak yang dikorbankan. Tentu sangat baik jika anak dapat mencapainya bukan dengan tekanan. Karena tekanan sering menyebabkan seorang anak mencari pelarian.
Dalam realita hidup kita semua tahu IQ hanya sebagian kecil saja, sedangkan EQ ( factor emotional ) lebih dominant untuk kedewasaan anak tersebut dalam berkecimpung dimasyarakat.
Jadilah orang tua yang bijaksana dalam membesarkan anak.
Semoga Bermanfaat
Ayah tercinta,
Aku menulis surat ini dengan perasaan sedih dan sangat menyesal. Saat ayah membaca surat ini, aku telah pergi meninggalkan rumah. Aku pergi bersama kekasihku, dia cowok yang baik. Ayah juga pasti akan setuju meski dengan tatto-tato dan piercing yang melekat di tubuhnya, juga dengan motor buntutnya serta rambut gondrongnya.
Dia sudah cukup dewasa meskipun belum begitu tua, aku pikir jaman sekarang 46 tahun tidaklah terlalu tua. Dia sangat baik terhadapku, lebih lagi dia ayah dari anak di kandunganku saat ini. Dia memintaku untuk membiarkan anak ini lahir dan kita akan membesarkan bersama.
Kami akan tinggal berpindah-pindah, dia punya bisnis perdagangan extacy dan heroin yang sangat luas, dia juga telah meyakinkanku bahwa marijuana itu tidak begitu buruk. Kami akan tinggal bersama sampai maut memisahkan kami. Para ahli pengobatan pasti akan menemukan obat untuk AIDS jadi dia bisa segera sembuh.
Aku tahu dia juga punya cewek lain, tapi aku percaya dia akan setia padaku dengan cara yang berbeda.
Ayah.. jangan khawatirkan keadaanku. Aku sudah berumur 15 tahun sekarang, aku bisa menjaga diriku. Salam sayang untuk kalian semua. Oh iya, berikan bonekaku untuk adik, dia sangat menginginkannya.
Masih dengan perasaan kaget, terguncang dan tangan gemetaran, sang ayah berteriak sekeras-kerasnya memanggil isterinya
"Mammmm ! Cepat kemari..., dan lihat surat yang ditinggalkan oleh anak kita !"
Sang ibu bergegas datang dan membaca surat tersebut dengan gemetaran dan mulai menangis dan tidak percaya.
Kemudian sang ayah memeluk isterinya dan berkata, "Masih ada surat kedua yang yang belum kita baca."
Keduanya dengan tangan yang sangat berat membuka surat tersebut dan membaca lembar kedua surat dari putri tercintanya itu..
Ayah, .. tidak ada satupun dari yang aku tulis di atas itu benar,
aku hanya ingin menunjukkan ada ribuan hal yang lebih mengerikan dari pada nilai raportku yang buruk.
Kalau ayah sudah menandatangani raportku di atas meja, panggil aku ya, Aku tidak ke mana-mana, saat ini aku ada di tetangga sebelah.
* * * * *
Pesan :
Kita kadang-kadang meletakkan harapan yang tinggi atas nilai raport sekolah anak ( bahkan menuntut mendapatkan juara 1,2 atau 3 ), sehingga anak tersebut selalu ditekan untuk mencapainya ( masa anak-anak menjadi hilang) Apakah sewaktu kita sendiri sekolah selalu juara ? Kadang-kadang kita selalu berorientasi kepada NILAI raport untuk menunjukkan kepintaran seorang anak dan kepuasan untuk diri sendiri ( ego suka pamer ). Dan selalu anak yang dikorbankan. Tentu sangat baik jika anak dapat mencapainya bukan dengan tekanan. Karena tekanan sering menyebabkan seorang anak mencari pelarian.
Dalam realita hidup kita semua tahu IQ hanya sebagian kecil saja, sedangkan EQ ( factor emotional ) lebih dominant untuk kedewasaan anak tersebut dalam berkecimpung dimasyarakat.
Jadilah orang tua yang bijaksana dalam membesarkan anak.
Semoga Bermanfaat
Comments
Post a Comment